Pengujian Khusus

Minggu, 29 Maret 2009

Pengujian khusus ini hanya dilakukan apabila ada kepentingan tertentu atau karena diminta oleh produsen benih. Pengujian khusus ini tidak harus mesti dilakukan, dapat dilakukan dan dapat juga tidak dilakukan.


1) Heterogenitas
Pada pengujian heterogenitas jumlah benih yang diuji merupakan sebagian kecil dari jumlah benih (seed lot), benih yang diujinya pun hanya sebagian dari jumlah benih yang dikirimkan. Meskipun prosedur prosesing/ pencampuran/ pengambilan sample telah dilakukan sebaik mungkin, kemungkinan masih terjadi heterogenitas. Hal ini terjadi pada waktu pengisian kedalam container, transportasi dan pengambilan sample (primary, composit, submitted). Jika submitted ternyata tidak homogen, maka sample tersebut harus ditolak, sehingga perlu dilakukan uji heterogenitas, prosesing ulang, dan pengambilan sample ulang.
Meskipun prosesing dan pengambilan sample telah dilakukan sesuai dengan prosedur, namun sering kali terjadi submitted sample yang dikirim ke lembaga sertifikasi benih. Oleh sebab itu maka perlu dilakukan pengujian heterogenitas, pemrosesan ulang atau pengambilan sample ulang.
Prosedur pengujian heterogenitas:
a) Diambil sample tersendiri.
b) Sampel diambil dari beberapa container, hal ini untuk mencegah faktor keragaman dari suatu container.
c) Jika hanya satu container, pengambilan sample diambil dari beberapa tempat.
d) Jumlah sample diambil sesuai dengan aturan ISTA.
e) Diambil working sample sesuai dengan metode yang akan dipakai
Untuk pengujian heterogenitas perlu diambil sampel tersendiri dengan working sampel, yang jumlahnya disesuiakan dengan aturan yang akan digunakan.
Pengambilan sampel untuk pengujian heterogenitas
Jumlah wadah
Jumlah sampel
1-9
Semua
10-15
10
16-25
12
26-35
15
36-49
17
50-64
20
65-80
23
81-100
25
101-120
27
>120
30
2) Kesehatan
Pengujian kesehatan benih adalah melihat kesehatan benih secara seksama apakah benih tersebut mengandung patogen yang menyebabkan benih terjadi penyimpangan atau perubahan dari keadaan normal pada keseluruhan pada benih yang menyebabkan benih tersebut tidak bisa melakukan fungsinya secara normal sebagai bahan perbanyakan tanaman.
Ada beberapa metode yang tersedia dengan sensitifitas dan reproducibility (kepekaan dan dapat diulang) yang berbeda dan memerlukan peralatan maupun pelatihan. Penggunaan metode tergantung pada patogen yang ingin diketahui (patogen target) kondisi dan jenis benih maupun tujuan pengujian. Pemilihan metode dan cara evaluasi memerlukan pengetahuan dan pengalaman. Pada prinsipnya pengamatan terhadap contoh kerja ada dua cara yaitu:
a) Pengamatan langsung (tanpa inkubasi)
Pada pemeriksaan tanpa inkubasi dasar yang digunakan adalah ada tidaknya cendawan yang terbawa benih, tidak memandang hidup atau mati. Pada metode pengamatan langsung tanpa inkubasi dapat dilakukan dalam beberapa cara yaitu :
Ø Pemeriksaan langsung terhadap benih kering Dalam metode ini contoh benih diperiksa langsung, dengan atau tanpa bantuan alat pembesar seperti loupe (kaca pembesar) maupun mikroskop stereo, sehingga hasilnya tidak memberikan indikasi viabilitas patogen.
Ø Pemeriksaan suspensi yang berasal dari pencucian benih Metode ini digunakan untuk memeriksa adanya jamur yang inokulumnya terdapat pada permukaan benih. Akan tetapi metode ini hanya merupakan uji pendahuluan yang masih diikuti dengan metode lain yang akan memberikan hasil lebih akurat.
Ø Pemeriksaan patogen dengan pelembaban benih Contoh kerja direndam dalam air untuk mempermudah melihat adanya badan buah, atau serangga, serta merangsang keluarnya spora. Setelah dilembabkan benih diamati baik di permukaannya maupun di dalamnya (dengan cara dibelah) dengan bantuan mikroskop stereo.

b) Pengamatan setelah inkubasi
Pada metode pemeriksaan setelah inkubasi didasarkan pada perkembangan jamur dan kecambah atau perkembangan penyakitnya. Jadi, pada pemeriksaan tanpa inkubasi pengujian dapat dilaksanakan dengan waktu relatif singkat, tetapi hasil yang diperoleh kurang akurat. Namun untuk pemeriksaan dengan inkubasi akan memakan waktu yang lebih lama, dimana hasilnya jauh lebih baik daripada pemeriksaan tanpa inkubasi.
Setelah waktu inkubasi yang ditentukan, contoh kerja diamati ada tidaknya gejala penyakit, kerusakan akibat serangga atau kerusakan fisiologi pada benih atau kecambah. Pengamatan ditujukan pada permukaan benih atau bagian dalam benih.
Ø Inkubasi pada blotter/filter (kertas saring) Kertas ini digunakan untuk menumbuhkan patogen pada benih atau memeriksa kecambah. Benih, dengan atau tanpa perlakuan pendahuluan (pre treatment) ditempatkan dalam cawan petri (lihat gambar 4) selama inkubasi untuk menghindarkan penyebaran organisme sekunder. Cahaya dapat menstimulasi sporulasi jamur dan dapat diberikan bila tersedia. Penghambatan perkecambahan dengan bahan kimia atau cara lain kadang-kadang diberikan. Beberapa patogen dapat diidentifikasi tanpa pembesaran. Namun demikian mikroskop stereo dan mikroskop kompon sangat diperlukan untuk identifikasi.
Pemeriksaan jamur dengan metode ini paling banyak digunakan karena mudah dilaksanakan dengan biaya yang relatif murah. Hampir semua jamur yang terbawa benih dapat diuji dengan metode ini.
Inkubasi pada suhu 20 oC-25 oC ± 1-2 oC selama 7 hari penyinaran NUV (Near Ultra Violet)/TL day light, 12 jam terang dan 12 jam gelap. Jarak lampu dengan cawan petri ± 40 cm.
Ø Inkubasi pada agar Pada dasarnya metode ini sama dengan metode kertas isap, hanya medianya yang berbeda, yaitu dengan menggunakan agar steril, media PDA (Potato Dextrose Agar) atau MA (Malt Agar). Inkubasi di bawah NUV atau TL biasanya 4-7 hari, sedang pengamatannya dapat dilakukan secara makroskopis terhadap karakteristik jamur yang tumbuh.
Dibanding dengan metode kertas hisap, maka metode ini memakan biaya yang lebih banyak serta cara pengerjaan yang harus hati-hati.
Ø Inkubasi pada kertas filter dengan pendingin Pada prinsipnya metode ini sama dengan metode inkubasi pada kertas hisap. Bedanya, setelah cawan petri diinkubasi di bawah NUV/TL selama 24 jam (12 jam gelap, 12 jam terang), kemudian dimasukkan dalam freezer (-20 oC) selam 24 jam. Selanjutnya diinkubasi di tempat semula sampai dengan hari pengamatan.
Tujuan dari pendinginan pada metode ini adalah untuk menghambat perkecambahan sehingga akan mempermudah pemgamatan. Namun perlu diingat bahwa tidak semua jenis benih maupun jenis jamur cocok dengan metode pengujian diatas. Umumnya untuk benih yang kadar protein atau minyaknya tinggi kurang cocok dengan metode pengujian ini karena biasanya benih mudah busuk setelah dikeluarkan dari freezer.

c) Pemeriksaan gejala pada kecambah/lewat masa kecambah
Prinsip pengujian dengan metode ini adalah perkembangan patogen pada kecambah/bibit. Dengan melihat perkembangan gejala penyakit pada kecambah, maka dapat diperoleh gambaran mengenai akibat serangan suatu patogen pada tanaman di lapangan dari kelompok benih tersebut.
Media yang digunakan biasanya tanah, pasir, bubuk bata, kertas isap, tissue putih non parfum atau agar air. Kadang-kadang pertumbuhan tanaman diamati sampai lewat masa perkecambahan bahkan sampai lewat masa pertumbuhan generatif. Hal ini dilakukan karena ada beberapa gejala penyakit tertentu yang baru dapat terlihat pada masa pertumbuhan generatif.

Di dalam menguji kesehatan benih, terdapat empat prinsip pengujian yang harus diperhatikan yaitu:
a) Pengujian dilaksanakan sesuai dengan permintaan dari pengirim benih.
b) Metode dan alat yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis benih, tujuan pengujian dan patogen target yang dikehendaki.
c) Estimasi jumlah benih yang terinfeksi dilaksanakan sebaik mungkin sesuai dengan ketelitian yang dimungkinkan oleh metode yang digunakan.
d) Bila contoh kirim telah mendapatkan perawatan dengan pestisida atau perawatan lain, maka pengirim harus menyebutkan jenis bahan dan tipe perawatan yang digunakan. Hal tersebut penting karena dapat mempengaruhi diagnosa dan hasil pengujian.

3) Kevigoran
Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang mengidikasikan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang cepat dan seragam pada cakupan kondisi lapang yang luas. Cakupan vigor benih meliputi aspek-aspek fisiologis selama proses perkecambahan dan perkembangan kecambah. Vigor benih bukan merupakan pengukuran sifat tunggal, tetapi merupakan sejumlah sifat yang menggambarkan beberapa karakteristik yang berhubugan dengan penampilan suatu lot benih yang antara lain :
a) Kecepatan dan keserempakan daya berkecambah dan pertumbuhan kecambah.
b) Kemampuan munculnya titik tumbuh kecambah pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan.
c) Kemapuan benih untuk berkecambah setelah mengalami penyimpanan.
Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas yang baik. Vigor tumbuh dapat dikatakan sebagai “kekuatan tumbuh” untuk menjadi tanaman yang normal meskipun keadaan biofisik lapangan kurang menguntungkan (suboptimal).
Pengamatan dan penilaian dalam mengidentifiksi vigor benih dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung didasarkan pada potensi penampilan suatu lot benih baik secara fisiologis maupun fisik. Secara langsung adalah pengamatan dan penilaian benih pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai atau kondisi lain yang dapat diciptakan di laboratorium dan dilakukan pencatatan terhadap tingkat daya tumbuh benih. Secara tidak langsung adalah pengamatan dan penilaian dengan mengukur sifat lain benih yang terbukti berhubungan dengan beberapa aspek penampilan kecambah.
Pada pengujian kevigoran ini hanya mengecambahkan sejumlah benih pada kondisi lingkungan yang sesuai dengan yang ada dilapangan/ atau dapat juga dikecambahkan pada kondisi tanah yang kurang subur.
Penilaian kecambah dilihat dari tingkat kevigoran pertumbuhan benih.
a) Vigor : Untuk kecambah tumbuh kuat
b) Less vigor : Untuk kecambah tumbuh tidak kuat
c) Non vigor/abnormal : Untuk kecambah tumbuh lemah
d) Death : Untuk benih tidak tumbuh
Cara menilai kecambah :
a) Penilaian dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan kecambah lainnya dari satu substrat
b) Kecambah dipilih dan dikelompokkan atas kecambah normal , abnormal dan mati sesuai dengan pedoman evaluasi kecambah pada uji daya kecambah
c) Dari kecambah normal digolongkan lagi menjadi atas kecambah normal yang kuat tumbuhnya ( vigor ) dan kecambah normal yang kurang kuat tumbuhnya ( Less vigor )


0 komentar:

Posting Komentar